Menu Hari Ini: Kartu Nama Internasional dan Bau Asap dari Ruang Mesin

Selamat pagi. Hari ini kedai kami terasa sedikit lebih formal dari biasanya. Sepertinya para manajer di lantai atas sedang bersiap untuk sebuah pameran dagang internasional. Di atas meja bar, mereka telah meletakkan setumpuk kartu nama baru yang berkilauan. Ada yang bertuliskan “Wakil Resmi Oscar 2026”, ada juga brosur berwarna tentang “Kolaborasi Budaya dengan Prancis”. Semuanya terlihat sangat profesional, sangat menjanjikan, dirancang untuk membuat kita semua merasa bangga.

Tentu saja, pelanggan tetap saya punya cara mereka sendiri dalam membaca menu.

Gregg masuk lebih dulu, melirik tumpukan kartu nama itu, lalu mendengus. Ia memesan es kopi paling rumit yang ada, lalu duduk di pojok sambil bergumam, “Bapak-bapak lagi sibuk bikin brosur, sementara di luar orang-orang lagi nontonin video siksa koruptor. LMAO.” Baginya, semua ini hanyalah noise yang mengganggu ketenangan paginya saat scrolling. Ia menolak untuk mencicipi menu resmi hari ini.

Lalu datanglah Juan, sang mekanik. Ia tidak terkesan dengan desain kartu nama itu, tapi matanya berbinar melihat potensinya. Ia mengambil satu, membolak-baliknya, dan berkata, “Ini bukan sekadar kartu nama. Ini adalah sertifikat garansi. Sebuah alat marketing yang bisa kita gunakan untuk menjual kopi kita dengan harga premium di pasar domestik.” Ia tidak peduli pada gengsinya; ia sedang menghitung bagaimana cara mengubah gengsi itu menjadi profit.

Dari sudut gelap, Salman berdeham. Ia mengambil dua kartu nama yang berbeda—satu yang untuk Oscar, satu lagi yang (secara imajiner) untuk film siksa koruptor. Ia meletakkannya bersebelahan. “Lihat,” katanya pada siapa pun yang mau mendengar, “Dua wajah dari bos yang sama. Satu untuk menipu orang asing, satu lagi untuk mengancam karyawan di dalam. Keduanya dicetak dengan tinta yang sama: tinta kepatuhan.” Ia tidak memesan apa pun. Ia hanya datang untuk mengingatkan kami bahwa kopi yang kami minum mungkin diracun.

Yang menarik adalah kursi kosong di meja favorit Pak Sajiman. Pagi ini, di saat menu kenegaraan disajikan dengan begitu megah, ia justru tidak hadir. Mungkin ia sedang berada di salah satu pameran dagang itu, sibuk membagikan kartu nama sambil tersenyum bangga, tidak menyadari bahwa di kedainya sendiri, mesin kopinya sedang dibongkar oleh seorang mekanik, fondasinya sedang digerogoti oleh seorang anarkis, dan pelanggannya yang paling muda sudah tidak lagi percaya pada apa pun yang tertulis di menu.

Pesanan Anda siap. Disajikan dengan selembar kartu nama yang berkilauan dan sedikit bau asap dari ruang mesin yang terbakar.

Cicipi semuanya. Tentukan sendiri racun favorit Anda.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *