Kalian Boleh Ambil Masa Depan Kami, Tapi Jangan Rusak Momen Nonton Film Kami
Gregg
9/14/20252 min read
Oke, mari kita bicara jujur. Gue bayar tiket bioskop yang makin hari makin mahal itu bukan buat nonton rapat kabinet. Gue bayar untuk sebuah ritual suci: duduk di ruangan gelap selama dua jam, makan popcorn yang harganya nggak masuk akal, dan melupakan sejenak kalau dunia di luar sana lagi ancur-ancuran. Jadi, ketika di tengah ritual itu tiba-tiba muncul iklan pemerintah, rasanya ada yang salah. Ini bukan soal politik. Ini soal user experience yang dirusak.
Dan masalahnya, iklannya bahkan nggak bagus. Iklannya cringe. Sangat, sangat cringe. Di era internet, menjadi "jahat" itu masih bisa diperdebatkan. Tapi menjadi "cringe" adalah dosa absolut yang tidak termaafkan. Adegan anak-anak kecil yang dilatih untuk bilang "I love you Prabowo" itu bukan propaganda yang menakutkan, itu adalah konten yang secara fundamental memalukan. Itu adalah jenis video yang jika muncul di FYP TikTok, akan langsung di-scroll dengan kecepatan cahaya sambil bergumam, "Idih."
Reaksi pertama gue dan teman-teman gue, tentu saja, adalah mencari jalan keluar. Banyak yang langsung bilang, "Udah lah, nunggu di Netflix aja." Ini bukan lagi soal hemat. Ini adalah naluri generasi kami yang paling dasar: jika ada iklan yang mengganggu, pasang Ad Blocker. Dan jika bioskop tidak lagi menyediakan pengalaman bebas iklan, maka bioskop itu sendiri adalah iklan yang harus di-block. Dari sini, logikanya melompat dengan sendirinya. Kalau kita bisa nge-block iklan yang nggak kita suka, kenapa kita nggak bisa nge-block politisinya juga? Mungkin boikot atau golput itu bukanlah tindakan apatis. Mungkin itu hanyalah cara kami untuk menekan tombol "unsubscribe" atau "report as spam" pada sebuah brand politik yang kontennya sudah tidak relevan dan sangat mengganggu. Ini bukan aktivisme yang penuh semangat; ini adalah tindakan kebersihan digital yang diterapkan pada negara.
Dan inilah inti masalahnya, yang lebih dalam dari sekadar propaganda. Masalahnya adalah generasi yang berkuasa saat ini, dengan segala hormat, secara fundamental "tidak asik" dan "cringe". Mereka tidak mengerti bahasa kami, kultur kami, apalagi ruang-ruang sakral kami. Bioskop adalah salah satu "mainan" terakhir kami, salah satu dari sedikit ruang komunal yang tersisa. Memasang iklan propaganda di sana terasa persis seperti seorang ayah yang canggung dan tidak tahu cara mengobrol, tiba-tiba masuk ke kamar anaknya yang lagi asik dengerin musik, mematikan lagunya, lalu mulai memberi ceramah tentang betapa hebatnya dia sebagai seorang ayah. Dia mungkin merasa sedang melakukan sesuatu yang "mulia" dan "mendidik", tapi yang ia lakukan sebenarnya hanyalah merusak vibe. Sebuah dosa yang tidak termaafkan.
Jadi, begini saja. Kalian boleh ambil banyak hal dari kami—masa depan ekonomi yang makin nggak jelas, lingkungan yang makin ancur. Kami sudah pasrah. Tapi setidaknya, tolong, jangan rusak satu-satunya hal yang masih kami punya: hiburan kami.
Karena jika kalian terus-menerus merusak mainan kami, jangan kaget jika suatu saat nanti kami akan membalas dengan merusak mainan kalian juga.