Oke, jadi timeline gue pagi ini isinya kayak feed Instagram bapak-bapak pejabat. Ada berita film kita mau dikirim ke Oscar. Ada data ekonomi dari PwC yang bilang kita bakal makin tajir. Ada foto-foto orang penting lagi salaman sama bule di Prancis. Cool. Ini semua terdengar sangat dewasa dan penting. Saking pentingnya, gue jadi pengen main game cacing di hape aja.
Serius deh, Oscar? Kita beneran masih ngurusin beginian di tahun 2025? Sekelompok bapak-bapak komite ngumpul di ruangan ber-AC, nonton film-film serius, terus milih satu film yang paling “artistik” buat dikirim ke Amerika, berharap dapat piala emas. Good luck with that. Gue jamin, 99% dari 280 juta orang di negara ini bahkan nggak tahu judul filmnya apa, apalagi nonton. Ini kayak OSIS sekolah lo ngirim tim debat bahasa Inggris ke tingkat nasional. Keren buat mereka, tapi sisa sekolah lagi sibuk nontonin video orang kesetrum di jam istirahat.
Jujur, gue lebih respect sama film Jembatan Shiratal Mustaqim itu. Judulnya aja udah “metal” banget. Kengerian siksa para koruptor. Nggak ada yang subtil, nggak ada yang malu-malu. Langsung ke intinya: “Lo maling duit rakyat, nanti di neraka lo disetrika.” Dibanding film “perjalanan waktu dengan latar emosional yang mendalam” buat Oscar, film siksa koruptor ini jauh lebih jujur dengan kondisi negara kita, kan? Satu buat pamer ke bule, satu lagi buat nakut-nakutin maling. Gue pilih yang kedua.
Terus ada data dari PwC yang bilang industri kita “tumbuh stabil”. Oke, whatever that means. Mungkin maksudnya para bos makin kaya, sementara kita-kita makin jago nge-scroll konten receh. Katanya kita makin maju, tapi kenapa tontonan kita makin aneh? Di satu sisi ada film super serius buat festival, di sisi lain ada film azab buat koruptor. Ini bukan pertumbuhan, ini skizofrenia.
Dan bagian favorit gue: semua berita tentang “kolaborasi dengan Prancis” atau “unjuk gigi di Cannes”. Please. Itu cuma istilah keren buat “darmawisata pejabat pake duit pajak”. Mereka foto-foto di depan poster, salaman sama orang asing, terus pulang dan bilang, “Kita sudah mendunia.” Sementara di sini, kita masih nonton film yang diangkat dari konten TikTok. Mendunia dari mana, anjir?
Terakhir, ada berita 1.200 aktor Hollywood lagi boikot-boikotan soal Israel. LMAO. Tuh kan, mereka aja di sana lagi sibuk tawuran sendiri. Sibuk dengan urusan politik mereka yang penting banget. Sama kayak kita di sini. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing yang katanya penting. Komite Oscar sibuk, pembuat film siksa sibuk, pejabat yang ke Prancis sibuk. Semuanya sibuk jadi orang penting.
Padahal intinya simpel. Penonton cuma pengen liat sesuatu yang seru. Entah itu gajah kartun yang mecahin rekor, drama perselingkuhan ipar, atau kuntilanak. Sisanya? Cuma noise buat ngisi laporan akhir tahun.
Sekarang permisi, ada review film Exit 8 yang harus gue tonton. Katanya cuma soal nyari anomali di lorong. Jauh lebih relevan sama hidup gue.
Tentu saja. JDP mengeringkan tangannya di celemek, menuang secangkir kopi hitam untuk dirinya sendiri, dan bersandar di konter, mengamati mejanya yang penuh dengan gagasan yang saling bertabrakan. Ia tersenyum.
Tinggalkan Balasan